Haii.. lama yah gak ngoceh di blog kesayanganku, sekarang bukan masalah kimia, bukan juga masalah percintaan tapi ini masalah diriku. ya wanita. hari ini aku mau bicara tentang wanita,
***
...aku menemukanmu tanpa tahu apa yang telah hilang,
merasa kehilangan tanpa tahu apa yang telah kudapat,
seperti mendapat tanpa tahu apa yang telah kutemukan...
aku,kamu,kita.. adalah sebuah cerita yang memberi makna,
dalam bahasa tanpa kata yang terdengar...
Makna dalam bahasa pandangan,
tanpa saling memandang..."
***
“Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati. Subhanallah.. Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya dalam menggenapkan dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, pengunjung yang iseng, yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan menguak-nguak kepribadian & kehidupan sang wanita hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik, maka baik pula apa-apa yang ada di dalamnya,”
Menjadi wanita adalah amanah, bukan amanah yang sementara, tapi amanah sepanjang usia ini. Pun menjadi wanita baik itu tak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang seiring dengan pengalaman. Benar, menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi Kau yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kulahir ke dunia, Ia menjadikanku wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini padaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah SAW atau manusia sehina Fir’aun.
Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru sebaliknya, dengan lantang aku berkata, “Aku malu menjadi wanita!”
Ya, aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-imingi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga, sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata tindak-tanduk wanita sanggup membuahkan angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya.
Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah SWT harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah SWT ini. Entahlah, dalam waktu 20 tahun ini, aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu. Bahkan malu ini berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti, tak ada daya bagiku untuk mempertanggungjawabkan ini semua.
Padahal, setahuku, dari Bunda Khadijah, Aisyah, dan Fatimah, wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari keshalehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.
Allah, maafkan aku akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung padaMu dari diriku sendiri. Bantu aku, Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan diri saat aku ada di duniaMu. Hingga kelak aku akan temuiMu dalam kebaikan akhlak yang kuusahakan. Ya, wanita shalehah..
Allahuma Amiin..
Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru sebaliknya, dengan lantang aku berkata, “Aku malu menjadi wanita!”
Ya, aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-imingi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga, sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata tindak-tanduk wanita sanggup membuahkan angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita, kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya.
Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah SWT harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah SWT ini. Entahlah, dalam waktu 20 tahun ini, aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu. Bahkan malu ini berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti, tak ada daya bagiku untuk mempertanggungjawabkan ini semua.
Padahal, setahuku, dari Bunda Khadijah, Aisyah, dan Fatimah, wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari keshalehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.
Allah, maafkan aku akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung padaMu dari diriku sendiri. Bantu aku, Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan diri saat aku ada di duniaMu. Hingga kelak aku akan temuiMu dalam kebaikan akhlak yang kuusahakan. Ya, wanita shalehah..
Allahuma Amiin..
SUNGGUH . . . TAK PANTAS DIRIKU MENJADI WANITA....
MAAFKAN AKU YA ALLAH.
selama ini berada jauh dariMU
aku sadar benar dengan apa yang kulakukan, tapi tak ada rasa takut setiap melakukannya...
sungguh apa mungkin diriku masih bisa di Maafkan. I Love you Mom. Maaf ku persembahkan buat mama yang melahirkan ku, karna aku sudah menjalani hidup sebagai wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnyaa ,.